Wednesday, April 23, 2014

Altis Remarkable Evolution



Corolla, sebuah brand untuk sedan dan atau variannya yang sudah dikenal secara global dari produsen otomotif Toyota Motor Co., Ltd. Satu kalimat yang saya ambil dari websitenya “Toyota’s car have reshaped the automotive industry worldwide.” cukup memberikan gambaran bagaimana kendaraan ini menembus pasar internasional. Sebut saja beberapa varian awal seperti Great Corolla, Corolla DX, Corolla Twincam dan sebagainya. Dimana yang tersebut adalah generasi sedan Toyota yang cukup populer di Indonesia.

Era mobil untuk keluarga dimulai saat diluncurkannya Corolla pertama dengan kapasitas mesin 1100cc pada November 1966 yang ditargetkan pada publik Jepang, kala itu. Evolusi Corolla selama 48 tahun telah memberikan kita sebagai user, beberapa pilihan yang menantang. Menantang karena setiap keluar versi baru bikin pusing yang punya edisi sebelum-sebelumnya, antara upgrade Corolla terbaru atau menikmati yang sudah ada karena nilai investasi dalam bentuk modifikasi peningkatan kenyamanan.

Dari situs yang saya sempat baca, dibelakang elemen evolusi tersebut ada semacam ”Corolla DNA” yang tertanam dan diteruskan dari generasi ke generasi. "The only way to meet the needs of the customer is by putting yourself in his or her shoes and asking yourself what they need, what would make them happy." dimana mindset tersebut memang digunakan untuk terus memperbaiki fitur standarnya.

Saingan pertama yang dihadapi Corolla adalah dengan kendaraan yang sudah terlebih dahulu ada di benua Eropa juga Amerika, dimana mereka pada saat itu mencintai kendaraan dengan volume mesin yang besar, katakanlah minimal 2000cc keatas dengan mindset semakin besar cc semakin cepat kendaraan tersebut. Tentunya kita sekarang lebih paham bahwa cc besar belum tentu lebih cepat, penentunya sebenarnya adalah weight to power ratio. Untuk lebih lengkap mengenai hal tersebut Anda bisa googling.

Kali pertama Corolla hadir atau masuk di Indonesia tepatnya di tahun 1971, sekitar 5 tahun setelah kelahirannya di Jepang. Dikarenakan sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia (hingga saat ini), model-model Corolla terkenal dengan kehandalannya (reliabilitas), tahan banting dan relatif irit dibanding pesaingnya yang lain. Beberapa tahun terakhir ini perubahan (atau evolusi) dari Corolla cukup terlihat signifikan, mulai dari sekedar face lift hingga all lifted.

Nama Altis tersematkan pada Corolla Generasi ke-Sembilan (9th Generation) yang terbagi atas dua produksi yaitu non-VVTi (2001 – 2003) dan VVTi (2004 – 2007) dengan berbagai trim level seperti J dan G tentunya. Perbedaan secara umum terlihat dari penggunaan Grill, Wheels, Head dan Tail lamp, serta Head Unit.

Altis generasi pertama (atau Corolla generasi ke-sembilan) menempatkan diri sebagai sedan yang eksklusif dan elegan dengan kapasitas mesin sebesar 1800cc dengan kode 1ZZ-FE (1794 cc) 16-valve DOHC (dimana dibeberapa negara ada yang menggunakan 1600cc atau 2000cc). Pada Desember 2004 muncul produksi pelengkap dari Corolla Generasi ke-Sembilan dimana mesinnya telah mengadopsi teknologi VVTi dan Drive by Wire. Tentunya semakin menyempurnakan dari yang sebelumnya.


Di generasi ini varian produksi untuk Eropa, Asia dan Amerika Utara, Australia, juga Cina bentuk eksteriornya cukup berbeda. Menurut saya pribadi, justru varian Amerika Utara yang cukup menarik dan relatif lebih sporty. Perbedaan segmentasi pasar antara Amerika yang mentargetkan young and sporty, dan Asia yang membidik eksklusif dan elegan berujung pada instansi atau pejabat atau kaum eksekutif untuk di Indonesia. Jujur kali pertama saya melihat Altis ini keluar, mindset saya adalah mobil pejabat atau eksekutif. Hal tersebut terbukti ditempat saya bekerja yang menggunakan Altis sebagai kendaraan dinas adalah para Dekan. Hanya beberapa dosen juga mahasiswa menggunakan Altis.

Keberuntungan berpihak hingga akhirnya saya memiliki kesempatan untuk memiliki Altis 9th Gen tahun produksi 2003. Setelah sekian tahun mengendarai Altis, saya bandingkan dengan kendaraan sebelumnya yang hanya 1300cc memang masih jauh lebih enak Altis dari berbagai segi kenyamanan, power serta reliabilitasnya. Driving impression yang bisa saya ulas mulai dari sudut penumpang, dengan tinggi badan 172 cm saat duduk di kursi belakang masih terasa nyaman dengan sisa jarak dengkul dengan kursi depan berkisar 5 s/d 10 cm bergantung siapa yang mengemudi saat itu. Ketebalan dan sudut kursi belakang sekaligus dengan headrest-nya juga memberikan kenyamanan tersendiri, dimana untuk perjalanan dengan jarak lebih dari 100 km -pun masih cukup nyaman. Apalagi kursi belakang bagian tengah terdapat handrest yang tersembunyi, berasa naik sedan kelas atas. Eh, padahal di Amerika Corolla Altis masuk dalam kelas small sedan, di Indonesia masuk medium sized sedan. Pengaruh postur tubuh secara umum sepertinya. 


Jam terbang saya di kursi belakang Altis sangatlah rendah, karena satu-satunya yang bisa mengendarinya hanya saya. Jadi jam terbang dikursi pengemudi saya sampai khatam, mengantar istri dan anak. Komplain yang pernah diterima dari istri soal Altis hanya beberapa, yang pertama adalah AC-nya (dengan suhu tertera 28 derajat celcius) terlalu dingin untuk di kota Malang, dan sang jagoan kalo sudah didalam kendaraan terlalu cepat tertidur. Resiko kalo sikecil susah tidur waktu dirumah saya harus mengeluarkan dari garasi dan ajak berputar-putar. From my point of view at the driver side, it's a comfortable ride with a softness of a premium sedan. I love it, my wife love it and my son sleeps well in it. what more can I ask for.

Semakin sering saya berada dibelakang kemudi Altis, semakin dekat ikatan saya dengan kendaraan satu ini sampai-sampai saya bisa merasakan jikalau sang kendaraan ada “sedikit” permasalahan, dan biasanya terbukti. Sementara ini yang bisa saya angkat adalah karena Altis menggunakan sistem penggerak roda depan (front wheel drive), dimana untuk bergerak sekaligus berbelok menggunakan roda depan, kaki-kaki depan relatif memiliki resiko dibanding sedan dengan penggerak roda belakang. Itupun setelah 10 tahun lebih penggunaan dan kilometer masih di kisaran 49 ribu.


Keadaan standar dari Corolla Altis 1.8G cukup membuat saya berkeinginan untuk memodifikasi beberapa bagian mulai pergantian velg ke 17 inch hingga kembali ke standar 15 inch dengan pertimbangan kenyamanan sang istri dan si kecil. Tetapi kemudian beralih setelah mendapat aftermarket spring berlabel Eibach ProKit yang menjadikannya pada dudukan paling pas, dimana depan sisa 2.5 jari dan belakang 2 jari. Dudukan paling pas untuk velg standar, dan tidak terlalu mengorbankan kenyamanan berkendara. Berikutnya setelah diperhatikan Altis sangat banyak menggunakan aksesoris bernada chrome mulai dari grill, door handle, hingga back plate membuat saya melapis ulang menggunakan plastidip dengan warna black doff. Dibagian interior, saya upgrade cover jok yang lama dengan Mbtech untuk menyegarkan penampilan. Beralih ke eksterior, fokus di headlamp sebagai sumber penerang utama kendaraan dari hanya bohlam HID ke retrofit projector agar lebih maksimal penggunaan bohlam HID.


Menengok kebelakang 9th Generation Corolla Development Leader, Takeshi Yoshida ternyata memulai proyek pengembangan Corolla dari tahun 1997 khusus untuk Generasi ke-Sembilan ini. Tema yang dia angkat adalah “start from scratch” alias mulai dari awal, untuk melepaskan diri dari kelas, standar tinggi, desain, performa dan kualitas hingga nama yang sudah tertanam. Yoshida menekankan perlunya memisahkan diri dari image Corolla lama dan membangun “standar baru secara global untuk kendaraan kecil”. Selama pengembangan generasi ke-sembilan kekuatan brand Corolla mencapai titik terendah dipasaran domestik dan tim tersebut sempat mengamati untuk merubah nama Corolla. Untungnya Yoshida menolak proposal tersebut dan hingga detik ini nama Corolla terus digunakan.

Setiap generasi Corolla selalu menjadi produk yang mengiringi kebutuhan masing-masing era. Termasuk didalamnya kualitas, kemudahan dalam penggunaan dan kemampuan adaptasi yang membuat Corolla bisa digunakan dimana saja. Jika boleh saya memberikan “kelas” kepada produk Toyota adalah sebagai berikut dimana brand Lexus berada ditingkat paling atas, kemudian Camry, dan posisi berikutnya adalah Altis, disusul Vios serta terakhir Yaris. Dimana Altis disegmentasikan untuk kenyamanan berkendara disertai hasil finishing yang berkelas, sehingga bagi sebagian pengguna dirasakan bantingan Altis terlalu lembut dan limbung saat berbelok dengan kecepatan tinggi. Untuk saya pribadi itu semua sangat relatif karena saya beserta keluarga merasa nyaman dan tenang saat berkendara. Semua mobil adalah kendaran dengan roda empat disertai mesin dan lain-lain, tetapi segmentasi yang memutuskan "kelas"nya dimana.

Berangkat kepada evolusi selanjutnya ditahun 2008 keluar keluarga Altis yang baru yaitu 10th Generation Corolla yang cukup mengganggu iman saya di 9th Gen. Body yang lebih lebar, headroom yang disesuaikan dengan lebarnya dan bumper yang bertambah. Tentunya dengan harga yang juga menyesuaikan, hingga mengurungkan saya untuk loncat memudakan Altis. Tidak kalah ramainya saat ada rumor mengenai Altis 11th Generation di awal tahun 2014 yang mengambil basis Toyota Furia, “damn it’s a fine body works” adalah kalimat yang terlintas dikepala saya. Setelah grand launching Corolla Altis 11th Gen di Indonesia hadir pula pricelist baru yang membuat saya semakin menikmati menjadi bagian dari sejarah evolusi Corolla di Generasi ke-Sembilan.

LINK:

5 comments:

  1. Om Wawing... Tulisan yg bermanfaat, namun sayang tidak ada ulasan mengenai jenis engine yang di gunakan (1ZZ-FE) untuk corolla altis yang melegenda itu...

    ReplyDelete
  2. terimakasih masukannya om.. soal ulasan 1ZZ-FE nanti ane siapin dulu ya...

    ReplyDelete
  3. Om Wawing... nice share.. Aku suka tulisannya...
    Soluna nggak masuk ya, om? wkwkwkw... altis-ku disamain sama Soluna soalnya... huaaaa....

    ReplyDelete
  4. kasian bener Altis = Soluna.. bisa jadi khusus punya tante Mona aja :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyh, om Wawing... ya kali gitu... altisku special design for Mona... :p

      Delete