Corolla, sebuah brand untuk
sedan dan atau variannya yang sudah dikenal secara global dari produsen
otomotif Toyota Motor Co., Ltd. Satu kalimat yang saya ambil dari websitenya “Toyota’s car have reshaped the automotive industry
worldwide.” cukup memberikan gambaran bagaimana kendaraan ini menembus
pasar internasional. Sebut saja beberapa varian awal seperti Great Corolla,
Corolla DX, Corolla Twincam dan sebagainya. Dimana yang tersebut adalah
generasi sedan Toyota yang cukup populer di Indonesia.
Era mobil untuk keluarga dimulai saat diluncurkannya Corolla pertama dengan
kapasitas mesin 1100cc pada November 1966 yang ditargetkan pada publik Jepang,
kala itu. Evolusi Corolla selama 48 tahun telah memberikan kita sebagai user, beberapa pilihan yang menantang.
Menantang karena setiap keluar versi baru bikin pusing yang punya edisi
sebelum-sebelumnya, antara upgrade
Corolla terbaru atau menikmati yang sudah ada karena nilai investasi dalam
bentuk modifikasi peningkatan kenyamanan.
Dari situs yang saya sempat baca, dibelakang elemen evolusi tersebut ada
semacam ”Corolla DNA” yang tertanam dan diteruskan dari generasi ke generasi. "The
only way to meet the needs of the customer is by putting yourself in his or her
shoes and asking yourself what they need, what would make them happy."
dimana mindset tersebut memang digunakan
untuk terus memperbaiki fitur standarnya.
Saingan pertama yang
dihadapi Corolla adalah dengan kendaraan yang sudah terlebih dahulu ada di
benua Eropa juga Amerika, dimana mereka pada saat itu mencintai kendaraan
dengan volume mesin yang besar, katakanlah minimal 2000cc keatas dengan mindset semakin besar cc semakin cepat
kendaraan tersebut. Tentunya kita sekarang lebih paham bahwa cc besar belum
tentu lebih cepat, penentunya sebenarnya adalah weight to power ratio. Untuk lebih lengkap mengenai hal tersebut
Anda bisa googling.
Kali pertama Corolla hadir
atau masuk di Indonesia
tepatnya di tahun 1971, sekitar 5 tahun setelah kelahirannya di Jepang.
Dikarenakan sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia (hingga saat ini),
model-model Corolla terkenal dengan kehandalannya (reliabilitas), tahan banting
dan relatif irit dibanding pesaingnya yang lain. Beberapa tahun terakhir ini
perubahan (atau evolusi) dari Corolla cukup terlihat signifikan, mulai dari
sekedar face lift hingga all lifted.
Nama Altis tersematkan pada
Corolla Generasi ke-Sembilan (9th Generation) yang terbagi atas dua
produksi yaitu non-VVTi (2001 – 2003) dan VVTi (2004 – 2007) dengan berbagai trim level seperti J dan G tentunya. Perbedaan
secara umum terlihat dari penggunaan Grill,
Wheels, Head dan Tail lamp, serta
Head Unit.
Altis generasi pertama (atau
Corolla generasi ke-sembilan) menempatkan diri sebagai sedan yang eksklusif dan
elegan dengan kapasitas mesin sebesar 1800cc dengan kode 1ZZ-FE (1794 cc)
16-valve DOHC (dimana dibeberapa negara ada yang menggunakan 1600cc atau 2000cc).
Pada Desember 2004 muncul produksi pelengkap dari Corolla Generasi ke-Sembilan
dimana mesinnya telah mengadopsi teknologi VVTi dan Drive by Wire. Tentunya semakin menyempurnakan dari yang
sebelumnya.
Di generasi ini varian
produksi untuk Eropa, Asia dan Amerika
Utara, Australia,
juga Cina bentuk eksteriornya cukup berbeda. Menurut saya pribadi, justru
varian Amerika Utara yang cukup menarik dan relatif lebih sporty. Perbedaan segmentasi pasar antara Amerika yang mentargetkan
young and sporty, dan Asia yang
membidik eksklusif dan elegan berujung pada instansi atau pejabat atau kaum
eksekutif untuk di Indonesia.
Jujur kali pertama saya melihat Altis ini keluar, mindset saya adalah mobil pejabat atau eksekutif. Hal tersebut
terbukti ditempat saya bekerja yang
menggunakan Altis sebagai kendaraan dinas adalah para Dekan. Hanya beberapa dosen juga mahasiswa menggunakan Altis.
Keberuntungan berpihak
hingga akhirnya saya memiliki kesempatan untuk memiliki Altis 9th
Gen tahun produksi 2003. Setelah sekian tahun mengendarai Altis, saya
bandingkan dengan kendaraan sebelumnya yang hanya 1300cc memang masih jauh
lebih enak Altis dari berbagai segi kenyamanan, power serta reliabilitasnya. Driving impression yang bisa saya ulas
mulai dari sudut penumpang, dengan tinggi badan 172 cm saat duduk di kursi
belakang masih terasa nyaman dengan sisa jarak dengkul dengan kursi depan
berkisar 5 s/d 10 cm bergantung siapa yang mengemudi saat itu. Ketebalan dan
sudut kursi belakang sekaligus dengan headrest-nya juga memberikan kenyamanan
tersendiri, dimana untuk perjalanan dengan jarak lebih dari 100 km -pun masih
cukup nyaman. Apalagi kursi belakang bagian tengah terdapat handrest yang tersembunyi, berasa naik
sedan kelas atas. Eh, padahal di Amerika Corolla Altis masuk dalam kelas small sedan, di Indonesia masuk medium
sized sedan. Pengaruh postur tubuh
secara umum sepertinya.
Jam terbang saya di kursi
belakang Altis sangatlah rendah, karena satu-satunya yang bisa mengendarinya
hanya saya. Jadi jam terbang dikursi pengemudi saya sampai khatam, mengantar
istri dan anak. Komplain yang pernah diterima dari istri soal Altis hanya
beberapa, yang pertama adalah AC-nya (dengan suhu tertera 28 derajat celcius)
terlalu dingin untuk di kota Malang, dan sang jagoan kalo sudah didalam
kendaraan terlalu cepat tertidur. Resiko kalo sikecil susah tidur waktu dirumah
saya harus mengeluarkan dari garasi dan ajak berputar-putar. From my point of view at the driver side, it's a
comfortable ride with a softness of a premium sedan. I love it, my wife
love it and my son sleeps well in it. what more can I ask for.
Semakin sering saya berada
dibelakang kemudi Altis, semakin dekat ikatan saya dengan kendaraan satu ini
sampai-sampai saya bisa merasakan jikalau sang kendaraan ada “sedikit”
permasalahan, dan biasanya terbukti. Sementara ini yang bisa saya angkat adalah
karena Altis menggunakan sistem penggerak roda depan (front wheel drive), dimana untuk bergerak sekaligus berbelok
menggunakan roda depan, kaki-kaki depan relatif memiliki resiko dibanding sedan
dengan penggerak roda belakang. Itupun setelah 10 tahun lebih penggunaan dan
kilometer masih di kisaran 49 ribu.
Keadaan standar dari Corolla
Altis 1.8G cukup membuat saya berkeinginan untuk memodifikasi beberapa bagian
mulai pergantian velg ke 17 inch hingga kembali ke standar 15 inch dengan
pertimbangan kenyamanan sang istri dan si kecil. Tetapi kemudian beralih
setelah mendapat aftermarket spring berlabel Eibach ProKit yang menjadikannya
pada dudukan paling pas, dimana depan sisa 2.5 jari dan belakang 2 jari.
Dudukan paling pas untuk velg standar, dan tidak terlalu mengorbankan
kenyamanan berkendara. Berikutnya setelah diperhatikan Altis sangat banyak
menggunakan aksesoris bernada chrome
mulai dari grill, door handle, hingga back plate membuat saya melapis ulang menggunakan plastidip dengan
warna black doff. Dibagian interior, saya upgrade cover jok yang lama dengan Mbtech untuk menyegarkan
penampilan. Beralih ke eksterior, fokus di headlamp
sebagai sumber penerang utama kendaraan dari hanya bohlam HID ke retrofit projector agar lebih maksimal
penggunaan bohlam HID.
Menengok kebelakang 9th Generation
Corolla Development Leader, Takeshi Yoshida ternyata memulai proyek
pengembangan Corolla dari tahun 1997 khusus untuk Generasi ke-Sembilan ini.
Tema yang dia angkat adalah “start from
scratch” alias mulai dari awal, untuk melepaskan diri dari kelas, standar
tinggi, desain, performa dan kualitas hingga nama yang sudah tertanam. Yoshida
menekankan perlunya memisahkan diri dari image
Corolla lama dan membangun “standar baru secara global untuk kendaraan kecil”.
Selama pengembangan generasi ke-sembilan kekuatan brand Corolla mencapai titik terendah dipasaran domestik dan tim
tersebut sempat mengamati untuk merubah nama Corolla. Untungnya Yoshida menolak
proposal tersebut dan hingga detik ini nama Corolla terus digunakan.
Setiap generasi Corolla
selalu menjadi produk yang mengiringi kebutuhan masing-masing era. Termasuk didalamnya
kualitas, kemudahan dalam penggunaan dan kemampuan adaptasi yang membuat
Corolla bisa digunakan dimana saja. Jika boleh saya memberikan “kelas” kepada
produk Toyota adalah sebagai berikut dimana brand Lexus berada ditingkat paling
atas, kemudian Camry, dan posisi berikutnya adalah Altis, disusul Vios serta
terakhir Yaris. Dimana Altis disegmentasikan untuk kenyamanan berkendara disertai
hasil finishing yang berkelas,
sehingga bagi sebagian pengguna dirasakan bantingan Altis terlalu lembut dan
limbung saat berbelok dengan kecepatan tinggi. Untuk saya pribadi itu semua
sangat relatif karena saya beserta keluarga merasa nyaman dan tenang saat
berkendara. Semua mobil adalah kendaran dengan roda empat disertai mesin dan lain-lain, tetapi segmentasi yang memutuskan "kelas"nya dimana.
Berangkat kepada evolusi
selanjutnya ditahun 2008 keluar keluarga Altis yang baru yaitu 10th
Generation Corolla yang cukup mengganggu iman saya di 9th Gen. Body yang lebih lebar, headroom yang disesuaikan dengan
lebarnya dan bumper yang bertambah. Tentunya dengan harga yang juga
menyesuaikan, hingga mengurungkan saya untuk loncat memudakan Altis. Tidak
kalah ramainya saat ada rumor mengenai Altis 11th Generation di awal
tahun 2014 yang mengambil basis Toyota Furia, “damn it’s a fine body works” adalah kalimat yang terlintas
dikepala saya. Setelah grand launching
Corolla Altis 11th Gen di Indonesia hadir pula pricelist baru yang membuat saya semakin menikmati menjadi bagian
dari sejarah evolusi Corolla di Generasi ke-Sembilan.
LINK:
Toyota Indonesia
Forum ALTIC Blog Competition
@ToyotaID
@Altiscommunity
#AltisRemarkable
#BloggerALTIC
http://altis-indonesia.org/
http://www.kaskus.co.id/profile/52868
Forum ALTIC Blog Competition
@ToyotaID
@Altiscommunity
#AltisRemarkable
#BloggerALTIC
http://altis-indonesia.org/
http://www.kaskus.co.id/profile/52868
Om Wawing... Tulisan yg bermanfaat, namun sayang tidak ada ulasan mengenai jenis engine yang di gunakan (1ZZ-FE) untuk corolla altis yang melegenda itu...
ReplyDeleteterimakasih masukannya om.. soal ulasan 1ZZ-FE nanti ane siapin dulu ya...
ReplyDeleteOm Wawing... nice share.. Aku suka tulisannya...
ReplyDeleteSoluna nggak masuk ya, om? wkwkwkw... altis-ku disamain sama Soluna soalnya... huaaaa....
kasian bener Altis = Soluna.. bisa jadi khusus punya tante Mona aja :p
ReplyDeleteIyh, om Wawing... ya kali gitu... altisku special design for Mona... :p
Delete